JAKARTA-Tingginya penderita human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) di ibu kota menjadi perhatian khusus Pemprov DKI. Karena itu, ulama di Jakarta dituntut berperan aktif dalam memerangi penyebaran virus mematikan ini. Salah satunya dengan melakukan pembinaan akhlak dan religi di kalangan kaum muda.
Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, mengatakan pengaruh era globalisasi, selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif bagi perkembangan kehidupan masyarakat Jakarta. Akibat dampak negatif ini terjadinya degradasi moral dan etika, bahkan membawa masyarakat ke jurang kenistaan.
“Mau tidak mau, problematika seperti ini harus dihadapi oleh Pemprov DKI Jakarta dan MUI DKI Jakarta. Untuk itu, MUI DKI harus terus menerus membentengi umat dari pengaruh negatif globalisasi tersebut,” kata Fauzi Bowo, saat membuka Rapat Kerja Daerah (Rakerda) II MUI DKI di Balaikota DKI, Jakarta, Rabu (7/12).
Salah satu dampak negatif dari era globalisasi dapat dilihat dari banyaknya pengguna narkoba di Jakarta, akibatnya penyimpangan perilaku pun bertambah banyak. Tercermin dari berubahnya pola pengguna dan penularan HIV/AIDS di Jakarta, yang kini tidak lagi didominasi kalangan remaja, melainkan sudah mendomasi kalangan tenaga kerja non profesional atau karyawan kantoran dan ibu rumah tangga.
Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) DKI Jakarta, sejak Januari-Juni 2011 penderita HIV/AIDS di Jakarta sebanyak 1.184 orang. Dari 766 penderita HIV/AIDS berdasarkan klasifikasi pekerjaan, posisi pertama ditempati kalangan karyawan sebanyak 283 orang (199 HIV dan 84 AIDS). Disusul ibu rumah tangga sebanyak 147 orang, wiraswasta sebanyak 139 orang, narapidana menduduki posisi keempat dengan jumlah penderita 48 orang, buruh kasar sebanyak 32 orang, tenaga profesional non medis sebanyak 29 orang, serta siswa atau mahasiswa sebanyak 27 orang.
“Jumlah penderita HIV/AIDS di Jakarta cenderung meningkat. Dan tidak sedikit dari penderita virus ini beragama Islam. Saya kira, ini menjadi tugas ulama Jakarta, khususnya MUI DKI untuk lebih menyentuh kaum muda dalam pembinaan akhlak. Sehingga mereka tidak kembali dalam penyakit global yang ada di tengah-tengah kita,” ujarnya.
Untuk memerangi dalam upaya penurunan jumlah penularan HIV/AIDS di Jakarta, Fauzi menyatakan upaya represif yang dilakukan selama tidak akan berhasil jika tidak disertai dengan adanya pembinaan akhlak yang baik.
“Saya berharap pembinaan akhlak di kalangan pemuda yang bekerja sebagai karyawan kantoran agar terhindar dari HIV/AIDS dapat dimasukkan dalam prioritas program kerja yang akan dibahas dalam Rakerda MUI. Dan saya harap program kerja MUI dapat disinergikan dengan pembangunan Pemprov DKI,” imbaunya.mil/nuol
sumber: muslimat-nu
Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, mengatakan pengaruh era globalisasi, selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif bagi perkembangan kehidupan masyarakat Jakarta. Akibat dampak negatif ini terjadinya degradasi moral dan etika, bahkan membawa masyarakat ke jurang kenistaan.
“Mau tidak mau, problematika seperti ini harus dihadapi oleh Pemprov DKI Jakarta dan MUI DKI Jakarta. Untuk itu, MUI DKI harus terus menerus membentengi umat dari pengaruh negatif globalisasi tersebut,” kata Fauzi Bowo, saat membuka Rapat Kerja Daerah (Rakerda) II MUI DKI di Balaikota DKI, Jakarta, Rabu (7/12).
Salah satu dampak negatif dari era globalisasi dapat dilihat dari banyaknya pengguna narkoba di Jakarta, akibatnya penyimpangan perilaku pun bertambah banyak. Tercermin dari berubahnya pola pengguna dan penularan HIV/AIDS di Jakarta, yang kini tidak lagi didominasi kalangan remaja, melainkan sudah mendomasi kalangan tenaga kerja non profesional atau karyawan kantoran dan ibu rumah tangga.
Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) DKI Jakarta, sejak Januari-Juni 2011 penderita HIV/AIDS di Jakarta sebanyak 1.184 orang. Dari 766 penderita HIV/AIDS berdasarkan klasifikasi pekerjaan, posisi pertama ditempati kalangan karyawan sebanyak 283 orang (199 HIV dan 84 AIDS). Disusul ibu rumah tangga sebanyak 147 orang, wiraswasta sebanyak 139 orang, narapidana menduduki posisi keempat dengan jumlah penderita 48 orang, buruh kasar sebanyak 32 orang, tenaga profesional non medis sebanyak 29 orang, serta siswa atau mahasiswa sebanyak 27 orang.
“Jumlah penderita HIV/AIDS di Jakarta cenderung meningkat. Dan tidak sedikit dari penderita virus ini beragama Islam. Saya kira, ini menjadi tugas ulama Jakarta, khususnya MUI DKI untuk lebih menyentuh kaum muda dalam pembinaan akhlak. Sehingga mereka tidak kembali dalam penyakit global yang ada di tengah-tengah kita,” ujarnya.
Untuk memerangi dalam upaya penurunan jumlah penularan HIV/AIDS di Jakarta, Fauzi menyatakan upaya represif yang dilakukan selama tidak akan berhasil jika tidak disertai dengan adanya pembinaan akhlak yang baik.
“Saya berharap pembinaan akhlak di kalangan pemuda yang bekerja sebagai karyawan kantoran agar terhindar dari HIV/AIDS dapat dimasukkan dalam prioritas program kerja yang akan dibahas dalam Rakerda MUI. Dan saya harap program kerja MUI dapat disinergikan dengan pembangunan Pemprov DKI,” imbaunya.mil/nuol
sumber: muslimat-nu
0 komentar:
Posting Komentar