Surabaya, NU Online
Sebagai negara yang memiliki penduduk demikian padat serta demokratis, maka Indonesia menghadapi banyak tantangan. “Tidak semata dalam soal ekonomi, politik, budaya, bahkan juga ideologi,” kata Rais Syuriyah PBNU KH Hasyim Muzadi pada seminar bertajuk "Mencermati Ideologi Radikal dan Neo PKI untuk mengokohkan Pancasila”, di Rumah Makan Nur Pasifik, Sabtu (10/12).
Selain Kiai Hasyim, kegiatan yang diselenggarakan oleh PWNU Jawa Timur ini juga menghadirkan narasumber DR Taufiq Ismail (budayawan), Mayjend (Pur) Sutoyo NK, H Abdul Hamid Wilis (pelaku sejarah) dan Bapak Syarukat (Direktur CICS Jawa Timur).
Kiai Hasyim menandaskan, reformasi yang telah berjalan selama ini ternyata menyisakan beberapa persoalan. Khusus terhadap amandemen UUD yang telah memasuki fase keempat ini ternyata bukan kesejahteraan yang diterima oleh masyarakat. “Suasana bangsa justru kian tidak kondusif,” katanya prihatin.
Mantan Ketua Umum PBNU ini mengingatkan, bahwa saat kondisi carut marut seperti ini, maka dapat dipastikan bangsa Indonesia dengan mudah mendapat intervensi asing. “Ini mestinya harus menjadi perhatian para intelejen negara,” tandasnya.
Sedangkan Mayjend (pur) Sutoyo NK yang saat itu mendapat kesempatan pertama menandaskan, bahwa saat ini. telah banyak usaha yang dilakukan oleh negara untuk membendung adanya intervensi asing, termasuk ideologi didalamnya.
Namun demikian, dia berharap agar semua kalangan juga turut bertanggungjawab untuk kukuh dengan ideologi Pancasila yang telah diwariskan oleh para pendahulu.
Sementara H Taufiq Ismail, dihadapan peserta dari PCNU se Jawa Timur dan utusan mahasiswa dan ormas kepemudaan ini, menyampaikan sejumlah data yang mencengangkan seputar kekejaman PKI (Partai Komunis Indonesia).
Dalam catatan budayawan ini, berdasarkan beberapa literatur yang dimiliki, ada fakta bahwa sekitar 120 juta manusia di 75 negara yang telah dibantai oleh PKI. Bila diakumulasi korban perang sedunia dari mulai jaman Nabi Adam sampai sekarang yang meliputi perang dunia I dan II serta perang di belahan dunia yang lain, “Korban nyawa akibat komunisme bisa tiga kali lipat,” katanya dengan mimik serius.
Sedangkan H Abdul Hamid Wilis yang juga penulis buku "Saya Mantan Komandan Banser" ini menceritakan bahwa di tempatnya telah banyak dilakukan cara untuk mengusir gerakan komunisme.
“Di Trenggalek, kami telah mempersiapkan segala cara agar kekejaman PKI yang terjadi di kota lain tidak terjadi di sini,” katanya yang kala itu memakai setelan jas dan dasi.
Syarukat selaku perwakilan dari CICS Jawa Timur mengharapkan agar keberadaan HAM yang selama ini menjadi kendala dalam menindak gerakan separatisme termasuk PKI, jangan sampai terjadi.
“Kalau ada gerakan yang menyimpang bagi eksistensi NKRI dan ideologi bangsa, sudahj sepatutnya mendapat perhatian serius dari pemerintah,” sergahnya.
Di sisi lain, Ketua PWNU Jatim KH Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah SH MM, berharap seminar ini dapat melahirkan beberapa rekomendasi penting, sehingga dapat menjadi titik tolak kepedulian warga masyarakat atas keberadaan ancaman ideologi bangsa.
“Saya menginginkan kegiatan serupa akan diselenggrakan di berbagai kota di tanah air, sehingga semua kalangan akan memahami kondisi bangsa yang kian terjepit,” harapnya kala memberikan sambutan.
Redaktur : Syaifullah Amin
Kontributor : Abdul Hady JM
Sebagai negara yang memiliki penduduk demikian padat serta demokratis, maka Indonesia menghadapi banyak tantangan. “Tidak semata dalam soal ekonomi, politik, budaya, bahkan juga ideologi,” kata Rais Syuriyah PBNU KH Hasyim Muzadi pada seminar bertajuk "Mencermati Ideologi Radikal dan Neo PKI untuk mengokohkan Pancasila”, di Rumah Makan Nur Pasifik, Sabtu (10/12).
Selain Kiai Hasyim, kegiatan yang diselenggarakan oleh PWNU Jawa Timur ini juga menghadirkan narasumber DR Taufiq Ismail (budayawan), Mayjend (Pur) Sutoyo NK, H Abdul Hamid Wilis (pelaku sejarah) dan Bapak Syarukat (Direktur CICS Jawa Timur).
Kiai Hasyim menandaskan, reformasi yang telah berjalan selama ini ternyata menyisakan beberapa persoalan. Khusus terhadap amandemen UUD yang telah memasuki fase keempat ini ternyata bukan kesejahteraan yang diterima oleh masyarakat. “Suasana bangsa justru kian tidak kondusif,” katanya prihatin.
Mantan Ketua Umum PBNU ini mengingatkan, bahwa saat kondisi carut marut seperti ini, maka dapat dipastikan bangsa Indonesia dengan mudah mendapat intervensi asing. “Ini mestinya harus menjadi perhatian para intelejen negara,” tandasnya.
Sedangkan Mayjend (pur) Sutoyo NK yang saat itu mendapat kesempatan pertama menandaskan, bahwa saat ini. telah banyak usaha yang dilakukan oleh negara untuk membendung adanya intervensi asing, termasuk ideologi didalamnya.
Namun demikian, dia berharap agar semua kalangan juga turut bertanggungjawab untuk kukuh dengan ideologi Pancasila yang telah diwariskan oleh para pendahulu.
Sementara H Taufiq Ismail, dihadapan peserta dari PCNU se Jawa Timur dan utusan mahasiswa dan ormas kepemudaan ini, menyampaikan sejumlah data yang mencengangkan seputar kekejaman PKI (Partai Komunis Indonesia).
Dalam catatan budayawan ini, berdasarkan beberapa literatur yang dimiliki, ada fakta bahwa sekitar 120 juta manusia di 75 negara yang telah dibantai oleh PKI. Bila diakumulasi korban perang sedunia dari mulai jaman Nabi Adam sampai sekarang yang meliputi perang dunia I dan II serta perang di belahan dunia yang lain, “Korban nyawa akibat komunisme bisa tiga kali lipat,” katanya dengan mimik serius.
Sedangkan H Abdul Hamid Wilis yang juga penulis buku "Saya Mantan Komandan Banser" ini menceritakan bahwa di tempatnya telah banyak dilakukan cara untuk mengusir gerakan komunisme.
“Di Trenggalek, kami telah mempersiapkan segala cara agar kekejaman PKI yang terjadi di kota lain tidak terjadi di sini,” katanya yang kala itu memakai setelan jas dan dasi.
Syarukat selaku perwakilan dari CICS Jawa Timur mengharapkan agar keberadaan HAM yang selama ini menjadi kendala dalam menindak gerakan separatisme termasuk PKI, jangan sampai terjadi.
“Kalau ada gerakan yang menyimpang bagi eksistensi NKRI dan ideologi bangsa, sudahj sepatutnya mendapat perhatian serius dari pemerintah,” sergahnya.
Di sisi lain, Ketua PWNU Jatim KH Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah SH MM, berharap seminar ini dapat melahirkan beberapa rekomendasi penting, sehingga dapat menjadi titik tolak kepedulian warga masyarakat atas keberadaan ancaman ideologi bangsa.
“Saya menginginkan kegiatan serupa akan diselenggrakan di berbagai kota di tanah air, sehingga semua kalangan akan memahami kondisi bangsa yang kian terjepit,” harapnya kala memberikan sambutan.
Redaktur : Syaifullah Amin
Kontributor : Abdul Hady JM
0 komentar:
Posting Komentar