Suntik dan infus sama-sama memasukkan cairan ke dalam tubuh dengan alat bantu jarum. Bedanya, suntik berisi cairan obat-obatan, sedangkan infuse biasanya berupa nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Pada galibnya, orang sakit tidak memiliki nafsu makan, atau karena pertimbangan tertentu tidak dibenarkan mengkonsumsi makanan menurut cara normal. Di sini, infus menjadi sebuah solusi.
Karena perbedaan zat yang dikandung, suntik dan infus memiliki efek yang tidak sama. Setelah diinfus, tubuh akan terasa relative segar dan tidak lapar, meskipun juga tidak kenyang. Sementara suntik, murni obat untuk menyembuhkan penyakit, bukan menggantikan makanan dan minuman.
Definisi puasa yang paling praktis adalah meninggalkan makan/minum dan berhubungan seksual. Pengertian makan dan minum dalam konteks berpuasa, ternyata lebih luas dari sekedar memasukkan makanan dan minuman lewat mulut. Ia mencakup masuknya benda ke dalam rongga tubuh (al-jawf) lewat organ yang berlubang terbuka (manfadz maftuh), yaitu mulut, telinga, dubur, kemaluan, dan hidung.
style="text-align: justify;">Melihat ketentuan tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa suntik tidak membatalkan puasa. Sebab proses masuknya obat tidak melalui organ berlubang terbuka, tetapi jarum khusus yang ditancapkan ke dalam tubuh. Lagi pula, suntik tidak menghilangkan lapar dan dahaga sam sekali.
Adapun infuse, menurut Dr. yusuf Qardhawi dalam fatawi mu’ashirah, 324, merupakan penemuan baru, sehingga tidak diketemukan keterangan hukumnya dari hadits, shahabat, tabiin, dan para ulama terdahulu. Oleh karena itu, ulama kontemporer berbeda pendapat, antara membatalkan dan tidak. Dr. Yususf Qardhawi, meskipun cenderung kepada pendapat yang tidak membatalkan, menyarankan agar penggunaan infuse dihindari pada saat berpuasa. Alasannya, meskipun infuse tidak mengenyangkan, tetapi cukup menjadikan tubuh terasa relative segar.
Intinya, infuse dapat dilihat dari dua sisi, proses masuk dan efek yang ditimbulkan. Ditinjau dari sisi pertama, infuse tidak membatalkan puasa, seperti suntik, sebab masuknya cairan tidak melalui ogan tubuh yang berlubang terbuka. Tetapi, melihat fakta bahwa ia berpotensi menyegarkan badan dan menghilangkan lapar serta dahaga, kita patut bertanya: apakah menyatakan infuse tidak membatalkan puasa tidak berlawanan dengan tujuan puasa itu sendiri, yakni merasakan lapar dan dahaga sebagai wahana latihan mengendalikan nafsu dan menumbuhkan empati kepada kaum mustadhafin.
Untuk menghadapi masalah yang disangsikan hukumnya, cara paling aman adalah meninggalkannya, sebagai diajarkan Rasulullah kaitannya dengan perkara syubhat (tidak jelas halal haramnya). Ini artinya, pendapat infuse membatalkan puasa lebih menerminkan sikap berhati-hati (al-ahwath) dalam beragama. Toh orang sakit mendapat dispensasi tebuka pada bulan puasa.
(sumber: Dialog Dengan Kiai Sahal Mahfudh, Ampel Suci)
Related Post:
Tanya Jawab
- Untuk Apa Adzan dan Iqamah Saat Bayi Lahir
- Apakah Perlu Do’a, Bacaan Al-Qur’an, Shadaqoh & Tahlil untuk Orang Mati
- Pahami Ada’, Qadha' dan I’adah dalam Shalat
- Makruh Mengulang Jima’ Tanpa Wudhu
- Pahami Hukum Bom Bunuh Diri
- Sejarah Hari Jum’at dan Keistimewaan Sholat Jum’at
- Puasa Arafah Didasarkan Wukuf atau Hari Arafah?
- Hukum Perempuan Mengenakan Celana Ketat
- Memakai Celana di Bawah Lutut
- Hukum Tidur Sesudah 'Ashar dan Kedudukan Hadits yang Melarangnya
- Mau Puasa Sunnah di Dzulhijjah, Tapi Masih Punya Hutang Puasa Ramadhan
- Istri Tidak Mau Ikut Pindah Suami, Haruskah Dicerai?
- Hukum Shalat di Belakang Imam yang Kurang Bagus Bacaannya
- bolehkah shalat dengan memejamkan mata??
- Fatwa Haram Yoga Takut Timbulkan Masalah Sosial
0 komentar:
Posting Komentar